Alat Penemu Kotak Hitam untuk Lion Air JT-610
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berpartisipasi dalam pencarian Kotak Hitam pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang pada Senin.
Deputi BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza mengatakan pihaknya akan menurunkan Kapal Riset Baruna Jaya I, yang dilengkapi peralatan canggih untuk menemukan Kotak Hitam pesawat tersebut.
BPPT menyatakan Kapal Baruna Jaya juga telah membantu menemukan Kotak Hitam pesawat Air Asia QZ 8501 pada awal 2015 silam. Kapal itu, kata dia, akan membawa teknologi canggih yang membantu menjalankan misi pencarian kali ini.
Diketahui, tragedi Air Asia QZ 8501 terjadi dalam perjalanan Surabaya menuju Singapura dengan ratusan korban tewas. Pesawat diketahui jatuh di Laut Jawa pada akhir Desember 2014.
“Kami telah diminta oleh KNKT dan akan koordinasi dengan Basarnas untuk melakukan operasi ini. Kapal Baruna Jaya I akan kami berangkatkan,” kata Hammam dalam siaran pers, Selasa (30/10).
Empat alat yang dipakai BPPT adalah :
1. Multi Beam Echo Sounder
Alat ini berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut. Ini juga dipakai untuk pengembangan Single Beam Echo Sounder dan digunakan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan.
2. Side Scan Sonar
Prinsip alat ini serupa dengan alat yang pertama, namun memiliki jangkauan dan berfungsi untuk melakukan pemetaan yang lebih tajam.
3. Magneto Meter atau alat deteksi logam
Alat ini digunakan jika hasil tes yang di dapat oleh dua alat sebelumnya menunjukan indikasi adanya objek di dasar laut.
4. Remote Operated Vehicle (ROV)
Alat ini berupa kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat.
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. Pesawat tersebut terbang dari Bandara Soekarno Hatta pada Senin (29/10) pukul 06.20 WIB menuju Bandara Depati Amir, Pangkalpinang.
Pilot sempat meminta kembali ke landasan sesaat setelah lepas landas. Pilot juga sempat melapor ke ATC Bandara Soetta adanya masalah pada flight control di ketinggian 1.500 kaki dan meminta naik ke ketinggian 5.000 kaki.
Namun pada pukul 06.32 WIB, pesawat jenis Boeing 737-300 MAX 8 itu hilang dari radar dan tak bisa dikontak kembali.
Pesawat dengan nomor register PK-LQP itu membawa total 189 orang yang terdiri atas 178 penumpang dewasa, satu anak, dan dua bayi, serta delapan awak kabin. Basarnas memprediksi tak ada yang selamat dari musibah ini.
Sumber : www.cnnindonesia.com