4 Problem dan Solusi Keamanan Siber Selama CoronaVirus


Krisis coronavirus telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan kita, dan cara kita bekerja pun tidak luput darinya, dengan perubahan yang cukup radikal. Saat seluruh dunia bekerja untuk menghentikan penyebaran virus, tantangan terbesar yang dialami oleh perusahaaan di seluruh dunia adalah mencari cara supaya karyawan mereka dapat bekerja secara jarak jauh dengan cepat, dan juga memastikan agar transisi tersebut berjalan dengan aman.

 

Sebuah survey yang dilakukan terhadap 800 eksekutif sumber daya manusia diseluruh dunia oleh Gartner, merefleksikan betapa banyaknya pekerjaan yang dilakukan secara jarak jauh saat ini. Lembaga riset dan konsultasi tersebut menyimpulkan, bahwa 88% dari organisasi yang disurvei telah menyarankan atau mewajibkan karyawan mereka untuk bekerja dari rumah, tak peduli apakah mereka memiliki gejala yang terkait COVID-19 atau tidak.

 

Statistik menunjukkan bahwa pekerjaan jarak jauh sudah berkembang sepuluh kali lebih cepat daripada area tenaga kerja lainnya, dan jumlah orang yang melakukan kerja jarak jauh atau telecommuting telah naik hingga 140% dari tahun 2005: Di seluruh dunia, kini 52% pekerja sudah bekerja dari rumah setidaknya sekali dalam seminggu. Meski begitu, pekerjaan jarak jauh masih dilihat dengan penuh kecurigaan oleh banyak organisasi. Jumlah koneksi terbuka yang cukup besar guna memfasilitasi komunikasi antar karyawan, telah menjadi semacam tes untuk kapasitas teknis yang dimiliki suatu bisnis.

 

Sebelum pandemi, di beberapa negara Eropa, kurang dari 8 persen dari populasi tenaga kerja yang bekerja dari rumah. UKM mengalami kesulitan yang paling besar dalam implementasi kerja jarak jauh dalam waktu singkat, karena hanya 14% dari mereka yang memiliki rencana digitalisasi. Ini terjadi karena banyak perusahaan masih belum memiliki kapasitas atau kemampuan teknis untuk menjamin keamanan karyawan saat mereka bekerja dari rumah. Hal ini menjadi makin nyata, karena para kriminal siber berlomba-lomba untuk mengambil keuntungan dari kekacauan yang dialami banyak negara, lengkap dengan taktik dan teknik baru guna menimbulkan masalah keamanan siber.

 

Di Panda Security, kami ingin membantu perusahaan-perusahaan untuk melindungi pengguna dan perangkat yang digunakan, dimanapun mereka berada, dengan tools yang esensial guna menangkal ancaman-ancaman yang dapat muncul karena krisis coronavirus, dengan contoh-contoh sebagai berikut:

 

 

  1. Serangan terhadap sarana kesehatan

Beberapa pemerintah dan institusi penegakan hukum telah mengeluarkan peringatan global mengenai serangan dengan target institusi dan personel kesehatan. Salah satunya adalah ransomware Netwalker, menggunakan lampiran yang kelihatannya berisi informasi mengenai coronavirus, untuk memancing pengguna agar membukanya.

 

Cara terbaik untuk melindungi perangkat dari serangan-serangan siber yang makin gencar, adalah dengan mengadopsi postur keamanan zero-trust. Zero-trust didefinisikan sebagai model keamanan dimana semua hal yang ada di dalam jaringan perusahaan akan di-“curigai”, dan akan memerlukan verifikasi sebelum dibolehkan berjalan.

 

Pendekatan inilah yang digunakan oleh Panda Adaptive Defense, solusi keamanan siber yang mampu mengawasi, mengklasifikasi, dan mengkategorisasi semua proses yang aktif didalam semua komputer di jaringan korporat. Artinya, jika seseorang mencoba melakukan tindakan apapun, aksi tersebut akan langsung dapat diketahui. Selain itu, dapat diketahui juga asal serangan tersebut, bagaimana eksekusinya, dan apa yang akan dilakukan. Dan, kapabilitas respon dan remediasi Adaptive Defense memungkinkannya untuk bereaksi sebelum ada efek yang timbul.

 

  1. Phising Berkedok Bank

Para ahli di PandaLabs, laboratorium Panda Security, telah mendeteksi adanya spam campaign, yang dimana para penjahat meniru e-mail bank sang korban, menggunakan subjek yang berkaitan dengan coronavirus guna memancing korban agar membuka e-mail tersebut. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk mencuri detail informasi bank si korban menggunakan halaman Web palsu, yang terlihat seperti situs online banking.

 

Panda Fusion menggabungkan yang terbaik dari dua dunia: Manajemen dan kontrol perangkat secara remote dengan Panda System Management, serta fitur keamanan lanjutan dari Endpoint Protection Plus. Dengan ini, anda akan mendapatkan endpoint protection platform (EPP) yang anda butuhkan, ditambah dengan kemampuan untuk mengelola, me-monitor, dan melakukan administrasi pada perangkat yang ada lewat konsol System Management. Contohnya, server-server perusahaan dapat dimonitor keadaannya, lewat pemberitahuan yang akan muncul jika terjadi sesuatu seperti hard disk yang akan rusak, atau sumber daya sistem lainnya yang mulai menipis.

 

  1. Kerentanan dalam tool B2B

98% dari serangan yang ada memanfaatkan vulnerabilitas atau kerentanan yang sudah diketahui. Antara 20 Januari sampai dengan 11 Maret tahun ini, sebuah grup bernama APT41 telah melancarkan serangan terhadap 75 perusahaan di beberapa sektor, termasuk didalamnya telekomunikasi, keuangan, kesehatan, administrasi publik, dan bahkan pertahanan. Metode serangan grup ini adalah menggunakan kerentanan yang ada pada teknologi B2B seperti aplikasi yang digunakan oleh banyak perusahaan, disaat dimana aplikasi-aplikasi tersebut dibutuhkan setiap saat. Software yang dibuat oleh Cisco, Zoho, dan Citrix menjadi target diantara banyak vendor lainnya.

 

Guna membantu memprioritaskan, mengelola, dan menginstal “tambalan” atau patch untuk memperbaiki kerentanan tersebut, Panda Patch Management hadir. Modul dari Panda Adaptive Defense ini tidak membutuhkan instalasi tambahan. Add-on ini akan menyediakan pembaruan dan patch, dan tidak hanya untuk sistem operasi, tapi juga untuk aplikasi pihak ketiga.

 

  1. Serangan bruteforce terhadap koneksi RDP

Untuk memfasilitasi pekerjaan jarak jauh, banyak perusahaan mengandalkan protokol RDP atau remote desktop connection. Dengan ini, para karyawan dapat mengakses komputer mereka dari manapun, dan bekerja layaknya saat mereka berada di kantor. Namun, protokol ini juga berpotensi menimbulkan resiko keamanan serius; para peretas dapat

memperoleh hak akses administrator. Dalam beberapa minggu terakhir, ada peningkatan serangan bruteforce terhadap tipe koneksi ini.

 

Panda Security kembali menyediakan solusi keamanan dengan kapabilitas enkripsi, yang akan mencegah pengguna tidak sah untuk mengakses data. Dipadu dengan solusi keamanan siber, Adaptive Defense, Panda Full Encryption membantu mencegah dan meminimalisir resiko dengan pengenkripsian data, memperkuat keamanan untuk menghentikan akses illegal. Enkripsi harddisk anda guna melindungi informasi yang ada dan memastikan data aman dari upaya pencurian.

 

Sekarang, lebih dari kapanpun, organisasi harus memperkuat keamanan siber mereka untuk melindungi informasi yang diakses dan dibagikan oleh para karyawan saat bekerja dari rumah. Semua sarana yang anda perlukan untuk pengelolaan perangkat secara remote dapat anda temukan dalam solusi-solusi Panda.

 

Panda Security Indonesia, sebagai penyedia solusi cybersecurity, dapat menjawab kebutuhan tersebut. Dalam kesempatan ini, kami menyediakan lisensi antivirus gratis guna mengamankan perangkat-perangkat selama periode WFH.

Didukung dengan teknologi berbasis cloud,  antivirus Panda Security tidak membutuhkan infrastruktur maupun pengaturan tambahan, sehingga selalu up-to-date, dan selalu melindungi perangkat anda dimana saja dengan fitur seperti anti-malware, phishing detection, endpoint detection and response, serta firewall.

Hubungi sales representative kami untuk informasi lebih lanjut, atau klik link ini.


Popular Posts